Minggu, 29 Mei 2011

Aku, I'm, Saya, dan Ana

nama sih biasanya di panggil eka.ayu ya biasa aku kan ayu.. eit aku loh namanya ayu, tapi lek katanya pacar q aku loh Cute. hahaha
nama lengkap sih Eka Wahyu Hidayati. lebih lengkapnya seh Ecchayank. hahaha nama apa iku. biasa nama radak nggenah.. hohoho
pengen tau aku selengkapnya...kapok weeek gag ada terusannya

Memahami masalah Akhlak dan Metode-metode Peningkatan Kualitas Akhlak

Materi / Tema : Akidah Akhlak
Kelas / Semester : X / 1
Standart Kompetensi :
Memahami masalah Akhlak dan Metode-metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Kompetensi Dasar :
1)        Menjelaskan pengertian akhlak
2)        Menjelaskan Induk-induk akhlak terpuji dan Induk-induk akhlak tercela
3)        Menjelaskan macam-macam metode peningkatan kualitas akhlak dalam kehidupan
4)        Menerapkan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dalam kehidupan
Indikator :
Indikator Umum
Peserta didik dapat mengetahui dan memahami akhlak dan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dengan baik dan benar.
Indikator khusus
  1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian akhlak dengan benar.
  2. Peserta didik dapat menjelaskan Induk-induk akhlak terpuji dan Induk-induk akhlak tercela dengan baik dan benar.
  3. Peserta didik dapat menyebutkan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dengan baik dan benar.
  4. Peserta didik dapat Menerapkan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Uraian : 
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Akhlak
Perkataan Akhlak berasal dari perkataan (al-ahlaaku) ialah kata jama dari pada perkataan perkataan (al-khuluqu) berarti: tabiat, kelakuan , perangai, tingkah laku , matuah, adat kebiasaan, malah ia jubga berarti agama itu sendiri.
Definisi Akhlak menurut istilah ialah: sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian, dan paksaan.[1]
Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَة
“Sungguh telah ada bagi kalian suri tauladan yang baik pada diri Rasulullah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang paling mulia akhlaknya.” (HR. Al-Bukhari no. 6203 dan Muslim no. 2150)
Nabi Solallohu alaihi wasallam bersabda yang maksudnya: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.” (H.R. Ahmad).
 “Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Ahmad).
Pengertian Akhlak dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam bahasa Arab kata Akhlak (akhlaq) diartikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama . Meskipun katan akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadits. Satu-satunya kata yang ditemukan dalam al-Qur’an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al-Qalam ayat 4. yaitu:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) betul-betul di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Dalam Tiga pakar dibidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih Al Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh rasulullah shalallohu alaihi wasallam: “Orang mu’min yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (H.R. Tirmidzi, dari Abu Hurairah radhiallohu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Dishahihkan oleh Al Bani dalam Ash Shahihah No. 284 da 751.)           

B.       Induk – induk Akhlak Terpuji dan Induk – induk Akhlak Tercela.
A.    Tasamuh
Tasamuh artinya “lapang dada”. Maksudnya adalah menerima sesuatu yang tidak menyenangkan dengan keyakinan, bahwa dibalik sesuatu itu ada hikmah yang mendatangkan kebaikan.[2]
Orang yang memiliki sifat tasamuh manakala mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain senantiasa dapat menerima dengan lapang dada. Ia tidak marah walaupun dirinya dihina atau dicaci. Sebaliknya tidak sedikit orang yang meluapkan kemarahannya hanya Karena tersinggung dengan ucapan orang lain. Orang seperti itu menganggap bahwa dirinya telah dihinakan dan penghinaan itu tidak dapat diatasinya, kecuali dengan melampiaskan kemarahan.[3]
Perhatian nasihat rasulullah dengan sabdanya:
إن فيك خصلتين يحبهما لله : الحلم والأ ناة.
Artinya:
sesungguhnya engkau mempunyai dua tabiat dan kekuasaan yamg disukai oleh Allah, yaitu sabar dan ketenangaan”.
Tasamuh atau lapang dada ternasuk akhlak terpuji. Orang yang tidak ada bandingannya dalam hal tasamuh adalah Rasulullah. Dalam menyiarkan agama islam, Rasulullah banyak mengalami cobaan dan rintangan, namun semua itu beliau hadapi dengan lapang dada. Misalnya, ketika Rasulullah dating ke Thaif hendak mengajak penduduk Thaif untuk memeluk agama islam, beliau disambut dengan cacian dan makian. Mereka meneriaki beliau dengan kata-kata yang menghinakan dan menyakitkan. Mereka melempari dengan batu, sampai kedua kaki beliau mengucurkan darah. Sikap kasar penduduk Thaif itu beliau terima dengan penuh kesabaran dan lapang dada, bahkan beliau berdo’a untuk mereka yang Artinya:“Ya Allah,berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak mengerti.”
Dalam kehidupan sehari-hari kejadian yang kita alami, adakalanya menyenangkan, adakalanya menyusahkan. Seringkali kita merencanakan sesuatu, tetapi ada saja ada hambatan yang menyebabkan kita tidak dapat melaksanakan rencana kita itu. Dalam keadaan demikian kita tidak perlu kecewa, tetapi hendaknya kita berlapang dada, karena dibalik hambatan itu tentu Allah sudah merencanakan sesuatu yang lain demi kebaikan kita. Misalnya, kita sudah merencanakan hendak pergi rekreasi, tetapi tiba-tiba kendaraan yang kita gunakan rusak, sehingga kita tidak jadi untuk pergi rekreasi. Ketika kita mengalami hal seperti itu kita harus mengambil hikmahnya. Misalnya, mungkin saja kalau kita pergi juga saat itu, kita akan mengalami kecelakaan.[4]
Di rumah, kampus ataupun di masyarakat mungkin saja terjadi, apabila ada yang menyinggung perasaan kita, semua itu sebaiknya kita hadapi dengan lapang dada. dengan tasammuh atau lapang dada, insyaalah pergaulan kita, di dalam keluarga, di kampus, dan di masyarakat akan senantiasa terpelihara dengan baik.[5]
B.     Ta’awun
Ta’awun artinya tolong menolong dalam ajaran islam. Dalam ajaran islamn sikap  sifat Ta’awun ini sangat diperhatikan. Ta’awun atau tolong menolong termasuk akhlaq terpuji. Sifat dan sikap ta’awun ini telah dimulai pada awal perkembangan agama islam. dalam sejarah banyak sekali perilaku nabi dan para sahabat, serta kaum muslimin yang berkaitan dengan sikap ta’awun. Kita ketahui, betapa Siti Khadijah dengan harta dan dorongan semangatnya telah menolong perjuangan Rasulullah dalam menyiarkan ajaran islam.
Ketika nabi beserta kaum muslimin hijrah ke madinah, terjalin suasana yang penuh keakraban dan saling menolong antar kaum anshar (penduduk madinah) dengan kaum muhajirin (kaum Muslim yang dating dari makkah).
Firman Allah:
و تعا ونوا على البر و التقوى ولا تعاونوا على الإثم و العدوان.
                Artinya:
“ dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kabajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya sehari-hari, manusia saling membutuhkan antara sesamanya. Orang yang miskan membutuhkan pertolongan dari orang yang kaya, berupa makanan, uang, materi yang lainnya. Orang yang kaya pun membutuhkan pertolongan dari orang yang miskin berupa jasa, tenaga dan sebagainya.[6]
Menolong orang bukan hanya dengan harta atau materi, tetapi bisa juga dengan tenaga, dengan ilmu, nasihat, dan sebagainya. Biasakanlah untuk bersikap ta’awun, atau saling menolong dari hal-hal yang kecil. Misalnya, meminjamkan pensil atau penghapun kepada yang memerlukan. Menunjukkan alamat kepada orang yang menanyakan alamat kepadamu dan lain sebagainya.
Jika kita sudah terbiasa menerapkan sikap ta’awun ini dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan senantiasa peduli terhadap kesulitan orang lain dan berusaha sedapat mungkin untuk menolongnya. Jika kita suka menolong orang maka kita pun akan ditolong orang. Mungkin orang yang menolong itu adalah orang yang pernah kita tolong, atau mungkin juga orang yang menolong kita adalah orang yang tidak pernah kita tolong atau tidak pernah kita kenal. Sebaliknya jika kita tidak pernah menolong orang, maka kit pun tidak pernah ditolong orang.[7]

C.      Ujub
Ujub menurut bahasa adalah keheranan. Sedangkan menurut istilah adalah sikap/ prilaku bermegah diri/berbangga diri. Orang yang yang berprilaku ujub beranggapan bahwa segala kesuksesan yang di raih, seperti harta yang berlimpah, kepandaian yang tidak tertandingi, dan pangkat yang tinggi semata-mata karena hasil usaha serta kehebatan dirinya. Semua itu ia pikir, ia raih tanpa bantuan dari siapapun termasuk Allah. Orang yang bersikap / berprilaku ujub biasanya selalu merasa dirinya besar, selalu benar, tidak pernah salah atau keliru, karenanya tidak bisa menerima kritik orang lain.[8]
D.    Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta memandang kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan takabur sama dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim muslimah. Sebagaimana Allah berfirman:
Description: D:\5-E-R-E-M\AL-Qur'an_Karim\An-Nahl\16_23.GIF



Artinya:“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang takabbur (sombong). (QS. An-Nahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir.[9] Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati), sedangkan kesombongan zahir adalah kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut dengan kibr (sifat sombong).
Contoh-contoh perbuatan takabur::mau bergaul dengan orang sederajat, misalkan sama kayanya, pandainya dan kedudukannya, menganggap bahwa perbuatannya itu selalu benar,tidak memperdulikan orang lain,mudah emosi jika pendpatnya tidak diikuti orang lain
Dampak dari perbutan takabur /Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di timbulkan dari sifat ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)
Sifat sombong terdapat persoalan, pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Tetapi pengobatannya adalah dengan ilmu dan amal.[10] Karena penyakit ini tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.
Cara menghindari  sikap takabur yaitu : Selalu melihat yang bawah dalam hal dunia,tidak mudah meremehkan orang lain,berkeyakinan bahwa di atas kita ada yang lebih kuasa,berusaha menjadi orang yang lebih bersyukur
E.     Malas belajar dan malas bekerja
Malas belajar/bekerja adalah sikap tercela. Karena mempeajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan mencari rizki yang halal hukumnya adalah wajib. Sifat malas adalah sifat nafsu yang tidak dapat melihat kemaslahatan kedepan dan keinginannya adalah keenakan sesaat tanpa melihat akibatnya, sehingga walaupun orang itu baik,sukses, tetapi banyak yang gagal karena kemalasan. Oleh karena itu malas belajar dan malas bekerja merupakan prilaku tercela yang mendatangkan kerugian.[11]

C.      Macam- macam Metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Menurut Al Ghazali, pengembangan pribadi pada hakikatnya adalah perbaikan akhlak, dalam artian menumbuh-kembangkan sifat-sifat terpuji (mahmudah) dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat tercela (madzmummah) pada diri seseorang. Akhlak manusia benar-benar dapat diperbaiki, bahkan sangat dianjurkan sesuai sabda Rasulullah SAW “Upayakan akhlak kalian menjadi baik” (Hassinuu akhlaqakum). Al Ghazali menaruh perhatian besar pada masalah akhlak serta mengemukakan berbagai metode perbaikan ahlak. Metode peningkatan ahlak yang beliau ungkapkan dalam berbagai buku beliau dapat dikelompokkan atas tiga jenis metode yang berkaitan satu dengan lainnya yang oleh penulis makalah ini dinamakan:[12]
  1. Metode Taat Syari’at
Metode ini berupa pembenahan diri, yakni membiasakan diri dalam hidup sehari-hari untuk melakukan kebajikan dan hal-hal bermanfaat sesuai dengan ketentuan syari’at, aturan-aturan negara, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat. Disamping itu berusaha untuk menjauhi hal-hal yang dilarang syara’ dan aturan-aturan yang berlaku. Metode ini sederhana dan dapat dilakukan oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan perilaku positif seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang  melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.
  1. Metode Pengembangan Diri
Metode yang bercorak psiko-edukatif ini didasari oleh kesadaran atas kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat baik dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk. Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning) seperti pada “Metode Taat Syari’at” ditambah dengan upaya meneladani perbuatan dari pribadi-pribadi yang dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini secara konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat terpuji yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat. Metode ini sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin dan intensif serta lebih personal sifatnya daripada metode pertama.
  1. Metode Kesufian
Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkat kan kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini menurut Al Ghazali dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujaahadah dan al-riyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghilangkan segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, maksiat). Al-Riyaadhah adalah latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas ibadah. Kegiatan sufistik ini berlangsung dibawah bimbingan seorang Guru yang benar-benar berkualitas dalam hal ilmu, kemampuan dan wewenangnya sebagai Mursyid.
Diantara ketiga metode tersebut, metode kesufian dianggap tertinggi oleh Al Ghazali dalam proses peningkatan derajat keruhanian, khususnya dalam meraih ahlak terpuji.

D.       Menerapkan metode – metode Peningkatan Kualitas Akhlak dalam Kehidupan.
1)      Metode syari’at
a.       Membiasakan diri untuk selalu melakukan kebaikan dan menjauhi yang di larang syara’
b.      Menjauhi permusuhan
c.       Membiasakan diri untuk menyesuaikan dengan lingkungan
2)      Metode pengembangan diri
a.       Berupaya meneladani perbuatan-perbuatan terpuji dari pribadi-pribadi yang di kagumi
b.      Membiasakan konsisten untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan terpuji dan menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri
c.       Berusaha meningkatkan potensi-potensi baik yang ada pada diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
3)      Metode kesufian
a.       Membiasakan bersifat zuhud
b.      Melakukan riyaadhah / mendekatkan diri pada tuhan
c.       Meningkatkan kualitas ibadah



[1] Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, Surabaya : PT Bina Ilmu,1990,1.
[2] AF, Masan, Aqidah Akhlak Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Madrasah,108.
[3] Ibid.
[4] Masan, AF, Aqidah Akhlak ,109.
[5] Ibid.,110.
[6]Masan, AF, Aqidah Akhlak,111.
[7] Ibid.,112.
[8] Tim abdi guru YPM, Aqidqh Akhlak 2,Sidoarjo: Bapengbu YPM,2008,81-82.
[9] Titin Sumarni, Aqidah Akhlak, Pustaka Firdaus Utama : Surakarta, 41-43.
[10] Ibid, 37-39.
[11] Tim abdi guru YPM, Aqidqh Akhlak 2,Sidoarjo: Bapengbu YPM,2008,83.
[12] Imam Al-Ghazali, Pengembangan Pribadi Pada Akhlak.25.
DAFTAR PUSTAKA
AF, Masan, Aqidah Akhlak Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Madrasah,tt.
Al-Ghazali, Imam, Pengembangan Pribadi Pada Akhlak,tt.
Masy’ari , Anwar, Akhlak Al-Qur’an, Surabaya : PT Bina Ilmu,1990.
Sumarni , Titin, Aqidah Akhlak, Pustaka Firdaus Utama : Surakarta, tt.
Tim abdi guru YPM, Aqidqh Akhlak 2,Sidoarjo: Bapengbu YPM,2008.

Selasa, 24 Mei 2011

BERIMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang meningkatkan keimanan kepada rasul. Dengan menguraikan sifat-sifat rasul, dalil-dalil dan juga menampilkan perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul termasuk mencintai nabi muhammad dalam kehidupan.

  1. Rumusan Masalah :
1.1       Pengertian dan pentingnya beriman kepada rasul Allah
1.2       Bukti atau dalil-dalil kebenaran adanya rasul Allah SWT
1.3       Sifat-sifat rasul Allah SWT
1.4       Perilaku yang mencerminkan beriman  kepada rasul Allah dan mencintai Nabi Muhammad SAW 
            dalam kehidupan.

  1. Standart Kompetensi:
1.1       Menjelaskan Pengertian dan pentingnya beriman kepada rasul Allah
1.2       Menunjukkan bukti atau dalil-dalil kebenaran adanya rasul Allah SWT
1.3       Menguraikan sifat-sifat rasul Allah SWT
1.4     Menampilkan perilaku yang mencerminkan beriman  kepada rasul Allah dan mencintai Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Rasul Allah
 Menurut bahasa rasul berarti utusan. Sedangkan menurut istilah rasul berarti seseorang yang menerima wahyu dari Allah untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain(umat). Jadi rasul adalah manusia-manusia pilihan yang bertugas memberi petunjuk kepada manusia tentang keesaan Allah dan membina mereka agar melaksanakan ajaran-ajaranNya.[1]
B.       Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[2]
Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.[3]
Jumlah nabi dan rasul yang sesungguhnya banyak sekali hal ini di jelaskan dalam surat Al mukmin :78 yang artinya:” Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (Q.S. Al Mukmin : 78)
عَنْ أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ ؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا
 (رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)[4]
Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui.
Berikut ini adalah nama-nama nabi dan rasul yang wajib kita ketahui:
  1. Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau manusia pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
  2. Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS.
  3. Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah beliau persiapkan atas petunjuk Allah swt.
  4. Hud AS. adalah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia.\
  5. Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih keturunan kaum ‘Ad.
  6. Ibrahim AS. putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud, sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan.
  7. Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan beliau banyak belajar agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama karena perilaku mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki.
  8. Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau adalah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
  9. Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak, berlainan ibu.
  10. Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Quran dengan sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt.
  11. Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Quran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf).
  12. Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya)
  13. Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya adalah Basyar yang diutus sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan
  14. Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu perkampungan di daerah Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s.
  15. Yunus AS adalah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt.
  16. Musa AS. adalah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt.
  17. Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir.
  18. Dawud AS.adalah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak.
  19. Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau juga terkenal sebagai seorang raja yang kaya raya dan mampu berkomunikasi dengan binatang (bisa bahasa binatang).
  20. Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan.
  21. Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah di kalangan Bani Israil.
  22. Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS.
  23. Yahya AS. adalah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, karena terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak mungkin lagi bisa melahirkan seorang anak.
  24. Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen.
  25. Muhammad saw. putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir pula.[5]

C.       Menguraikan Sifat-sifat rasul Allah SWT
  1. Sifat Wajib
Sifat wajib bagi rasul adalah sifat yang harus dan wajib dimiliki oleh para rasul. Sifat-sifat wajib ini adalah:
a)        Siddiq, artinya benar atau jujur. Segala sesuatu yang diterima oleh rasul dari Allah wajib dikatakan dengan benar dan jujur.
b)        Amanah, artinya dapat dipercaya. Seorang rasul harus dapat dipercaya untuk menyampaikan seluruh pesan yang diperintahkan oleh Allah swt. sama seperti aslinya, tanpa ditambah atau dikurangi.
c)        Tablig, artinya menyampaikan. Maksudnya menyampaikan semua wahyu yang diterima dari Allah walaupun mereka menghadapi halangan dan rintangan yang berat.
d)       Fatanah, artinya cerdik dan bijaksana. Seorang rasul haruslah cerdik, karena hanya orang cerdik yang dapat memimpin dan membimbing umat.
  1. Sifat Mustahil
Sifat mustahil bagi rasul adalah sifat yang mustahil dimiliki oleh para rasul. Sifat mustahi adalah kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi rasul. Sifat-sifat mustahil bagi rasul adalah:
a.         Kizib, artinya berbohong atau dusta.
b.         Khianat, artinya tidak dapat dipercaya.
c.         Kitman, artinya menyembunyikan atau tidak menyampaikan.
d.        Baladah, artinya bodoh atau dungu.
Sifat-sifat di atas mustahil dimiliki oleh para rasul. Jika rasul memiliki sifat-sifat tersebut, maka dakwah yang disampaikan kepada umatnya tidak akan berhasil, bahkan akan gagal semua.
  1. Sifat Jaiz
Sifat jaiz bagi rasul adalah sifat-sifat yang diperbolehkan bagi mereka, yaitu kebolehan berupa sifat-sifat manusiawi yang dimiliki manusia pada umumnya. Sifat-sifat ini disebut sifat basyariah atau sifat kemanusiaan, seperti rasul makan, minum, tidur, beristri, sedih, dan gembira.[6]
D. Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul
Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, misalnya:
  1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
  صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى اُصَلِّى
Salatlah kalian sebagaimana aku salat. (H.R. Bukhari)
  1. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, bersih dan indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi, makan tidak sampai kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
  2. Dalam berkeluarga, misalnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda حُبِّبَ اِلَيَّ مِنْ دُنْيَاكُمْ ثَلاَثٌ : اَلطِّيْبُ وَالنِّسَاءُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ (رَوَاهُ النّسَائِ)
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
  1. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
  2. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan manusia yang suka berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.

Hikmah Beriman Kepada Raul Allah
1.    Dapat berprilaku yang baik dengan meneladani pribadi para rasul
2.    selalu mendapat rahmat dari allah
3.    mempercayai kebenaran ajaran yang I bawa para rasul
4.    terhindar dari keyakinan yang menyasatkan
5.    menegakkan kebenaran dan keadilan.[7]


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Mencintai rasul harus dapat mematuhi segala perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan yang telah sampaikan oleh rasul. Sebagai umat islam kita harus selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadist. Dan  Nilai-nilai yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari contohnya adalah:
 1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama
 2. Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah
 3. Selalu optimis dan tidak pernah putus asa
 4. Peduli terhadap kaum dhu’afa
 5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah
 6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah
 7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul
 8. Meyakini para Rasul memiliki sifat-sifat terpuji
 9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan
10. Dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

Ali , Muhammad Daut, Pendidikan Agama Islam, jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
Firdaus, A.N, Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah saw, Jakarta: Publicita, 1977.
http://wahyufokus.blogspot.com/2010/02/sifat-sifat-rasul.html
Jamil, Ahmad, Al-Azhar Aqidah Akhlak kelas VIII Smt Genap, Gresik: Cv.Putra Kembar Jaya,tt.
Munif, Abdul, LKS MTS Akidah Akhlak, Bandung: CV.Putera Kembar Jaya,2005.
Shalut, Muhammad, Akidah dan Syari’ah Islam, Jakarta: Bumi Aksara,1998.
Widodo,  Adnan, Tuntas Pendidikan Agama Islam SMA XI,Jakarta:Graha Pustaka,tt.



[1] H.Ahmad Jamil ,Al-Azhar Aqidah Akhlak kelas VIII Smt Genap,( Gresik:Cv.Putra Kembar Jaya,tt), 5
[2] Muhammad Daud Ali,Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:Raja Grafindo Persada:1998) , 221
[3] http://saef-jaza.blogspot.com/2009/05/iman-kepada-rasul-rasul-Allah.html
[4]Adnan Widodo, Tuntas Pendidikan Agama Islam SMA XI,(Jakarta:Graha Pustaka,tt), 27
[5] http://saef-jaza.blogspot.com/2009/05/iman-kepada-rasul-rasul-Allah.html
[6] http://wahyufokus.blogspot.com/2010/02/sifat-sifat-rasul.html

[7] H.Ahmad Jamil,Al-Azhar,30