BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metode Qiroati
merupakan salah satu metode praktis untuk memudahkan kita dalam mempelajari
baca Al-Qur’an secara cepat. Metode ini diprakarsai oleh beliau Ustadz Dachlan
Zarkasyi hafidhokumullah atas hidayah yang diberikan Allah SWT semata. Metode
ini kemudian berkembang dengan pesat di Jawa Tengah yang merupakan tempat awal
munculnya metode ini.
Dan saat ini
telah merebak khingga diseluruh tanah air disamping adanya metode-metode
pembelajaran Al-Qur’an yang lain. Beliau senantiasa menganggap semua anak adam
memiliki potensi. Dengan kata lain tidakk ada istilah anak yang bodoh,
pemahaman ini harus dihapuskan dari pikiran seorang pendidik. Namun untuk
mengatasai keterbatasan yang dialami oleh anak didik. Beliau memberikan resep
kepada para pendidik untuk senantiasa istiqomah dalam mengajarkan
pembelajarannya dengan baik. Dalam hal ini
penulis akan membahas beberapa pokok yang terdapat di dalam metode Qiroati.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana latar belakang berdirinya metode qiroati ?
2.
Apa yang dimaksud dengan metode Qiro’ati ?
3.
Apa visi dan misi metode Qiroati ?
4.
Bagaimana tujuan dari Metode Qiro’ati ?
5.
Apa target dari metode Qiroati ?
6.
Bagaimana strategi mengajarkan qiroati?
7.
Bagaimana prinsip-prinsip yang harus di pegang pendidik dan anak
didik ?
8.
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode Qiro’ati?
C.
Tujuan
1.
Menjelaskan tentang latar belakang berdirinya metode qiroati.
2.
Memahami pengertian dari metode Qiro’ati.
3.
Menjelaskan visi dan misi dari
metode Qiroati.
4.
Menjelaskan tujuan dari
Metode Qiro’ati.
5.
Menjelaskan target dari metode Qiroati.
6.
Menjelaskan strategi mengajarkan Qiroati.
7.
Menjelaskan prinsip-prinsip yang harus di pegang pendidik dan anak
didik
8.
Menyebutkan kelebihan dan kekurangan metode Qiro’ati
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Berdirinya Metode Qiroati
Sebelum adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ), pendidikan
Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem “pengajian anak-anak” di
musholah, langgar, masjid bahkan dirumah-rumah. Metode pengajarannya dengan
menggunakan turutan, yakni Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk
membaca Al-Qur’an. Metode ini disusun oleh ulama’ dari baghdad, sehingga metode
ini dikenal dengan nama “Qoidah Baghdadiyah”. Qoidah ini telah terbukti
menciptakan ulama’-ulama’ besar yang ahli dalam bidang Al-Qur’an. Namun pada
saat ini mayoritas umat Islam, khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan
menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi
mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.
Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan atau
menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anak-anak dalam belajar
membaca Al-Qur’an. Tetapi alternatif yang ditawarkan selalu mengalami kegagalan,
karena tidak dada bukti keberhasilanya.[1]
Disamping itu juga ada suatu pandangan atau kesepakatan yang tidak tertulis,
bahkan kalau mengajar mengaji harus mamakai turutan. Sehingga metode baru yang
ditawarkan hanya dipandang sebelah mata.
Pada pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega dengan adanya
metode atau model pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan Al-Qur’an
anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim
Zarkasy Semarang. Karena pendidikannya seperti Taman Kanak-kanak umum, maka
lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ).
Keberadaan TKQ ini tidak terlepas dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam
mencari metode belajar membaca Al-Qur’an yang telah dirintis dan diuji coba sejak
tahun 1963. Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai mengajar ngaji kepada
anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan. Akan tetapi
ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana nak-anak hanya mengahfal saja. Jika
petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang
harinya berdagang . pada saat berkesempatan mengambil barang diluar kota,
seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekalongan, yogyakarta dan kota-kota
lainnya, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian
anak-anak yang ada di mushalla, langgar dan masjid setempat. Teryata hasilnya
tidak jauh baerbeda dengan yang dialami beliau. Berdasarkan rasa tidak puas
dengan hasil dari mengaji dengan kitab turutan itu, maka beliau mencoba
menyusun metode baru yang lebih efektif dan efisien. Akhirnya berkat inayah,
hidayah dan rahmah dari Allah S WT, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil
menyusun metodepraktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh
jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq
metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan
Al-Qur’anku yang tartil’. Metode Qiroati ini langsung mengajarkan bunyi huruf,
yaki huruf-huruf yang berkharokat tanpa dieja dan mengenalkan nama-nama huruf
secara acak serta langsung memasukkan bacaan yag bertajwid secara praktis bukan
teoritis.
Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode
Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’ semarang, mengajak beliau
sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku qiroatinya. Dan
Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau. Setelah
mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat
semarang sekitarnya. Pada bulan Mei 1986, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy diajak
oleh salah satu wali murid, sukito, untuk silaturrahim dan menyaksikan Ponpes Al-Qur’an
Anak-anak “Mambaul Hisan” di Sedayu Gresik, yang berdiri pada tahun 1965
yang diasuh K.H. Muhammad. Beliau merasa prihatin melihat anak-anak kecil di
bawah umur 7 tahun, yang terpisah dari orang tuanya, dan semestinya anak-anak
tersbut masih membutuhkan kasih sayang mereka. Akan tetapi dalam mengaji bacaan
Al-Qur’an mereka kurang tartil. Dari hasil kunjungan tersebut, beliau dapat
menyimpulkan bahwa anak di bawah usia balita mampu diajarkan membaca Al-Qur’an.
Sepulang dari gresik, selama sebulan tepatnya di bulan Ramadhan, ust. H. Dahlan
Salim Z, menyusun kembali buku Qiroati untuk usia taman kanak-kanak yang diambil
dari qiroati 10 jilid. Kemudian dibukalah pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak
usia 4-6 tahun pada tanggal 1 juli 1986. inilah Taman Kanak-Kanak pertama di
Indonesia. Kemudian atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH.
Turmudzi Taslim, TKQ tersebut diberi nama “Roudlotul Mujawwidin”.
Sebenarnya awal berdirinya merupakan percobaan, mungkinkah anak-anak
usia TK (4-6 tahun) mampu membaca Al-Qur’an. Pada hari pertama pembukaan,
jumlah muridnya 26 anak dan tempat pendidikannya meminjam rumah Sdr. Ir.
Abdullah, Kampung Wotprau 77, Semarang. Setelah berjalan kurang lebih 3 bulan,
jumlah muridnya mencapai 70 anak. Proses belajar mengajar berlangsung setiap
sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB. Sekalipun berdirinya TKQ
merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun hatam 30 juz, diluar dugaan ternyata
dalam 2 tahun, tepatnya 1 juli 1988 telah menghatamkan yang pertama sebanyak 20
siswa putra/putri. Khatam dengan bacaan tajwid dan ghorib.
Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat sambutan yang sangat
menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula lembaga-lembaga
pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Selain itu, di negeri jiran mulai berdiri
pula TKQ dengan menggunakan metode Qiroati Malaysia, Serawak, Singapura, Brunai
Darussalam dan Thailand.
B.
Pengertian Metode Qiro’ati
Metode Qiro’ati
adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan
mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.[2]
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam metode qiro’ati terdapat
dua pokok yang mendasari yakni :membaca Al-Qur’an secara langsung dan
pembiasaan pembacaan dengan tartil sesuai dengan ilmu tajwid .membaca Al-Qur’an
secara langsung maksudnya adalah dalam pembacaan jilid ataupun Al-Qur’an tidak
dengan cara mengejah akan tetapi dalam membacanya harus secara langsung. Metode
Qiroati merupakan metode yang yang bisa dikatakan metode membaca al-qur'an yang
ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali
disusun pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode qiroati belum
disusun secara baik. Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa
anak disekitar rumahnya, sehingga sosialisasi metode qiroati ini sangat kurang.
Berasal dari
metode qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode membaca
al-qur'an seperti metode Iqro', metode An- Nadliyah, metode Tilawaty, metode
Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode qiroati ini terdiri dari
6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK), dan dua buku
pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan, yaitu
juz 27 serta ghorib Musykilat (kata-kata sulit).
C.
Visi dan Misi Metode Qiro’ati
Adapun visi
dari metode Qiroa’ti adalah menyampaikan ilmu bacaan Al-Qur’an dengan benar dan
tartil.
Misi adalah
membudayakan bacaan Al-Qur’an yang benar dan memberantas bacaan Al-Qur’an yang
salah. Adapun amanah dari metode Qiroati yaitu:
1. Mengadakan
pendidikan al-Quran untuk menjaga, memelihara kehormatan dan kesusian al-Quran
dari segi bacaan yang tartil
2. Menyebarkan
ilmu dengan memberi ujian memakai buku Qiraati hanya bagi
lambaga-lembaga/guru-guru yang taat, patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan oleh koordinator
3. Mengingatkan
para guru agar berhati-hati jika mengajarkan al-Quran
4. Mengadakan
pembinaan para guru/calon guru untuk meningkatkan
kualitas
pendidikan pengajaran al-Quran
5. Mengadakan
Tashih untuk calon guru dengan obyektif
6. Mengadakan
bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus tashih
7. Mengadakan
tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ yang diadakan oleh
koordinator
Menunjuk atau
memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru yang amanah/ profesional dan
berakhlakul karimah. Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa
mohan petunjuk dan pertolongan kepada Allah demi kemajuan lembaganya dan
mencari keridlaan-Nya. Ciri-Ciri Qiraati adalah sebagai berikut:
1.
Tidak di dijual secara bebas
2.
Guru-guru lewat tashih dan pembinaan
3.
Kelas TKP/TPQ dalam disiplin yang sama.
4.
Prinsip-prinsip Dasar Qiroati
D.
Tujuan Metode Qiro’ati
Dengan adanya
tasheh bacaan Al-Qur’an bagi calon pendidik Taman Kanak-kanak Al-Qur’an,maka
dapat disimpulkan tujuan metode Qiro’ati antara lain :[3]
a.
Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dari segi bacaan yang
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Adapun dasarnya dari Al-Qur’an dan Hadist dan
Ijma’:
Firman
Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ
لَحَافِظُونَ
Artinya
:” Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya”.
Firman
Allah dalam surat Al-Muzammil ayat 4:[4]
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
Artinya
:”Dan bacaan Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”.
Ketentuan
dari hadist Rasulullah SAW:[5]
Artinya
:” Beliau menamakan pembacaan Al-Qur’an yang tidak memakai tajwid sebagai orang
fasik”.
Ketentuan
menurut ijma’ (kesepakatan ulama) :
Para
ulama Qurra’ telah bersepakat bahwa membaca Al-Qur’an dengan bertajwid
itu hukumnya wajib ‘ain,baik dalam shalat maupun di luar sholat. Sebagaimana
yang diterangkan dalam kitab Matnul Jazary karangan Syekh Abu Khoir Syamsuddin
bin Muhammad Al-Jazary halaman 13 beliau mengatakan :
“adapun
menggunakan tajwid hukumnya wajib bagi setiap pembaca Al-Qur’an ,maka barang
siapa yang membaca Al-Qur’an tanpa tajwid adalah dosa, karena Allah SWT
menurunkan AL-Qur’an dengan bertajwid. Demikianlah yang sampai pada kita adalah
dari Allah SWT (secara mutawatir)
b.
Menyebarluaskan ilmu bacaan Al-Qur’an adapun hadist nabi yang
menyebutkan :
Artinya
:”sesungguhnya Al-Qur’an itu jamuan
Allah SWT pelajarilah jamuanNya itu semampumu”.(Muttafaqun Alaih)
c.
Memberi peringatan kembali kepada pendidik ngaji agar lebih
berhati-hati dengan mengajarkan Al-Qur’an.
Sebagaimana
pesan Ulama salaf:”Kalau mengajarkan Al-Qur’an harus berhati-hati ,jangan
sembarangan atau sembrono,nanti berdosa. Karena yang diajarkan itu buka
perkataan manusia melainkan firman Allah.”
d.
Meningkatkan mutu (kualitas) pendidikan atau pengajaran Al-Qur’an.
E.
Target metode Qiro’ati
Target yang
diharapkan dengan Qira’ati adalah seseorang (siswa/santri) akan mampu membaca
Al- Qur’an dengan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Di samping
itu pada batas waktu tertentu (lebih kurang dua tahun) peserta didik sudah
mampu untuk khatam 30 juz (bin nadzar), adapun target ini dapat di perjelas
dengan :
a.
Dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil meliputi :
1)
Makhraj dan sifat huruf sebaik mungkin
2)
Mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tajwid
3)
Memahami bacaan Gharib dalam praktek
b.
Mengerti shalat ,dalam arti bacaan dan praktek shalat
c.
Hafalan beberapa hadist dan surat pendek (minimal surat Ad-Dhuha)
d.
Haalan beberapa do’a (doa sehari-hari ,dari bangun tidur sampai
tidur kembali)
e.
Dapat menulis huruf Arab dengan baik dan benar
Untuk memenuhi
target teersebut ,maka disusunlah beberapa macam buku yang disesuaikan dengan
usia anak,antara lain:
a.
Qiroati untuk Pra TK(3 - 4 tahun)
b.
Qiroati untuk TK( 4 - 6 tahun)
c.
Qiroati untuk belajar di masjid atau musholah (5-15 tahun)
d.
Qiroati untuk SD (7 - 13 tahun)
e.
Qiroati untuk SLTP atau SLTA
f.
Qiroati untuk dewasa (maha anak didik)
g.
Pelajaran bacaan Gharib dan usykilat
h.
Pelajaran tajwid praktis
i.
Belajar menulis huruf Al-Qur’an
F.
Strategi metode Qiroati
Agar proses
belajar mengajar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai
strategi mengajar dalam mengajar Al-Qur’an dikenal beberapa macam strategi.
a.
Strategi mengajar secara umum (global)
1)
Individual atau privat atau sorogan
Anak didik bergiliran membaca satu
persatu,satu atau dia halam sesuai dengan kemampuan
2)
Klasikal –Individual
Sebagian waktu digunakan pendidik
untuk menerangkan pokok-pokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3
halaman dan sebagian lagi untuk individu atau sorogan
3)
Klasikal –baca simak
Strategi ini digunakan untuk
mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an orang lain.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat Al-A’raf ayat 204 yang berbunyi :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya :”Dan apabila dibacakan
Al-Qur’an .maka dengarkanlah baik- baik dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat .”
Caranya :
a)
Pendidik menerangkan pokok pelajaran mulai dari kelompok halaman
terendah( secara klasikal) ,kemudian anak didik di tes satu persatu dan disimak
oleh anak didik yag lain.
b)
Dilanjutkan kelompok halaman berikutnya. Pendidik menerangkan pokok
pelajarannya, lalu anak didik di tes satu persatu dan disimak oleh semua anak
didik. Demikian seterusnya. Untuk sorogan dapat diterapkan pada kelas yang
terdiri dari beberapa jilid dalam satu kelas. Sedangkan untuk klasikal
–individual dan kasikal-baca simak hanya bisa diterapkan untuk kelas yang
terdiri dari satu jilid saja.
b.
Strategi secara umum (detail)
Agar kegiatan
belajar mengajar Al-Qur’an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai
keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1)
Pendidik harus menekan kelas,dengan memberi pandangan menyeluruh
terhadap semua anak didik sampai semuanya tenang,kemudian mengucapkan salam dan
membeca doa iftitah.
2)
Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk
variasi (doa- doa harian,bacaan shalat,do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan
lainnya)
3)
Usahaan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu
4)
Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkaan dengan
sarana prasarana yang ada.
5)
Perhatian pendidik hendaknya menyeluruh,baik terhadap anak yang
maju membaca mauupun yang lainnya
6)
Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar
anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam
terus dan tidak mau membaca maka pendidik harus tetap membujuknya dengan
sedikit pujian.
7)
Motivasi berupa himbauan da
pujian sangat penting bagi anak terutam anak Pra TK .aak jangan selalu
dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tetapi kadang kala perlu dipuji dengan
kata-kata manis ,didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik
8)
Pendidik senantiasa menanti
kritikan yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat
merasa puas
9)
Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin
10)
Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
a)
Pra taman kanak- kanak :10 anak
b)
Jilid I :15 anak
c)
Jilid II s/d Al-Qur’an :20 anak
11)
Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alat-alat
peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas antara lain :
a)
Buku data anak didik
b)
Buku absensi anak didik
c)
Kartu/catatan prestasi anak didik (dipegang anak didik)si anak
didik (dipegang pendidik)
d)
Catatan prestasi
G.
Prinsip – prinsip dasar Qiro’ati
Dalam
pembelajarannya metode Qiro’ati dimulai
dengan pengenalan lambang atau bunyi huruf kepada anak didik, dilajutkan dengan
merangkai kata menjadi kalimat sehingga dapat dengan lancar membaca Al-Qur’an.[6]
Prinsip
–prinsip yang harus dipegang oleh pendidik ;
1.
Daktun (tidak boleh menuntun) Dalam hal ini ustadz-ustadzah hanya
menerangkan pokok pelajaran, memberikan contoh yang benar, menyuruh santri
membaca sesuai dengan contoh menegur bacaaan yang salah, menunjukkan kesalahan
bacaan dan memberitahukan seharusnya bacaan yang benar.
2.
Tiwasgas (teliti,waspada, dan tegas) Teliti artinya dalam
memberikan contoh atau menyimak ketika santri membaca jangan sampai ada yang
salah walaupun sepele. Waspada artinya dalam memberikan contoh atau menyimak
santri benar-benar diperhatikan ada rasa sambung dari hati ke hati. Tegas
artinya dalam memberikan penilaian ketika menaikkan halaman atau jilid tidak
boleh banyak toleransi, raguragu atau pun segan, penilaian yang diberikan
benar-benar obyektif.
Sedangkan prinsip- prinsip yang
harus dipegang oleh anak didik :
1.
CBSA+M : Cara Belajar Santri Aktif dan Mandiri Santri dituntut
keaktifan, kosentrasi dan memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tetntang
bacaan Al-Qur’annya. Sedangkan ustadz-ustadzah sebagai pembimbing, motivator
dan evaluator saja. Menurut Zuhairini fenomena adanya CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif) perlu dipertimbangkan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi siswa
secara individual. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada siswa secara aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang
aktif tidak hanya siswanya tetapi juga gurunya.[7]
2.
LCTB : Lancar Tepat Cepat dan Benar. Lancar artinya bacaannya tidak
ada yang mengulangulang. Cepat artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus
atau mengeja. Tepat artinya dapat membunyikan sesuai denganbacaan dan dapat
membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya. Benar artinya hukum-hukum
bacaan tidak ada yang salah.
H.
Kelebihan dan Kekurangan metode
Qiro’ati
Adapun kelebihan dari metode
Qiro’ati antara lain :
a.
Sebelum mengajar metode Qiroati para pendidik harus di tashih
terlebi dahulu karena buku Qiro’ati tidak diperjual belikan dan hanya untuk
kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
b.
Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan
c.
Dalam metode ini terdapat prinsip untuk pendidik dan anak didik
d.
Setelah ngaji Qiro’ati anak didik menulis bacaan yang sudah
dibacanya
e.
Pada metode ini setelah khatam 6 jilid meneruskan lagi bacaan
–bacaan ghorib
f.
Dalam mengajar metode ini menggunakan ketukan ,jadi dalam membaca
yang pendek dibaca pendek.
g.
Jika anak sedih sudah lulus 6 jilid beserta ghoribnya ,maka ditest
bacaannya kemudian seteah itu anak didik mendapatkan syahadah.
Adapun kekurangan dari metode
Qiro’ati yaitu bagi yang tdak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini
lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode Qiroati
ini adalah metode yang disusun oleh H. Dahlan Zarkasyi di semarang tahun
1989, awalnya metode ini terdapat 10 jilid kemudian diringkas menjadi 6
jilid dan ditambah lagi satu jilid untuk Bacaan-bacaan ghorib. Untuk
bisa mengajarkan metode ini maka seorang guru harus ditasyhih terlebih
dahulu karena dengan tashih ini maka dalam mengajar tidak sembarang
orang dan dapat berpegaruh terhadap santri yaitu supaya bacaan yang diamalkan
fasih dan megetahui bacaan-bacaan ghoribnya. Kelebihan Qiroati
Dengan Metode Lain Metode qiro'ati ini dipilih karena dianggap mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan metode-metode yang lain, sehingga dapat
menghasilkan peningkatan kemampuan baca tulis al-qur'an, diantaranya
yaitu:
1.
Sebelum mengajar metode Qiroati para ustadz/ustdzahya harus
ditashih terlebih dahulu karena buku qiroati ini tidak dijual belikan dan hanya
untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
2.
Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan.
3.
Dalam metode ini terdapat
prinsip untuk guru dan murid.
4.
Setelah ngaji Qiroati santri menulis bacaan yang sudah dibacanya.
5.
Pada metode ini setelah hatam 6 jilid meneruskan lagi bacaanbacaan ghorib.
6.
Dalam mengajar metode ini menggunakan ketukan, jadi dalam membaca
yang pendek dibaca pendek.
7.
Jika santri sudah lulus 6 jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya
kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah
DAFTAR
PUSTAKA
Achrom ,Nur Shodiq,Koordinator Malang III ,Pendidikan dan
Pengajaran Sistem Qoidah Qiroati,(Ngembul Ka lipare: Pondok Pesantren Salafiyah
Sirotul Fuqoha II)
DEPAG RI ,2004,Al – Qur’an dan Terjemah,(Jakarta
:Naladana)
Firdiana, Deni.2003 Efisiensi Buku Qiro’ati dalam Pengajaran
Al-Qur’an di LPI Al-Hikmah Surabaya,(Surabaya : LPI Al-Hikmah)
al-qur’an
Surasma, Otong,2002 Metode Insan Kunci Praktis Membaca Al-Qur’an
Baik dan Benar.(Jakarta : Gema Insani)
Zuhairini, Abdul Ghafir,2004, Metodologi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam(Malang: Universitas Islam Negeri Malang)
[1] Deni Firdiana, Efisiensi Buku Qiro’ati dalam Pengajaran
Al-Qur’an di LPI Al-Hikmah Surabaya,(Surabaya : LPI Al-Hikmah, 2003)
h. 39.
[2] H.M.Nur
Shodiq Achrom,Koordinator Malang III ,Pendidikan dan Pengajaran Sistem
Qoidah Qiroati,(Ngembul Ka lipare: Pondok Pesantren Salafiyah Sirotul
Fuqoha II),h.11
[3] Ibid.,12-16
[4] DEPAG RI ,Al – Qur’an dan
Terjemah,(Jakarta :Naladana,2004)h.992
[5] Otong
Surasma,Metode Insan Kunci Praktis Membaca Al-Qur’an Baik dan Benar.(Jakarta
: Gema Insani,2002),h.20
[6]http://dydyd0d0.wordpress.com/2010/01/07/penerapan-metode-qiroati-dalam-pembelajaran-alquran/
diakses pada tanggal 6-12-2012 Pukul 02:28 WIB
[7] Zuhairini, Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam(Malang:
Universitas Islam Negeri Malang, 2004), hlm. 93
thanks ya mimin ...
BalasHapusnice post...
mksih min info'y...
BalasHapusBuku Deni Firdiana itu belinya dimana ya kak?
BalasHapusbelinya buku yg bahas khusus metode qiro'ati dmn kak?
BalasHapus