Senin, 04 November 2013

Metode Qiro’ati

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Metode Qiroati merupakan salah satu metode praktis untuk memudahkan kita dalam mempelajari baca Al-Qur’an secara cepat. Metode ini diprakarsai oleh beliau Ustadz Dachlan Zarkasyi hafidhokumullah atas hidayah yang diberikan Allah SWT semata. Metode ini kemudian berkembang dengan pesat di Jawa Tengah yang merupakan tempat awal munculnya metode ini.
Dan saat ini telah merebak khingga diseluruh tanah air disamping adanya metode-metode pembelajaran Al-Qur’an yang lain. Beliau senantiasa menganggap semua anak adam memiliki potensi. Dengan kata lain tidakk ada istilah anak yang bodoh, pemahaman ini harus dihapuskan dari pikiran seorang pendidik. Namun untuk mengatasai keterbatasan yang dialami oleh anak didik. Beliau memberikan resep kepada para pendidik untuk senantiasa istiqomah dalam mengajarkan pembelajarannya dengan baik. Dalam hal ini penulis akan membahas beberapa pokok yang terdapat di dalam metode Qiroati.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana latar belakang berdirinya metode qiroati ?
2.      Apa yang dimaksud dengan metode Qiro’ati ?
3.      Apa visi dan misi metode Qiroati ?
4.      Bagaimana tujuan dari Metode Qiro’ati ?
5.      Apa target dari metode Qiroati ?
6.      Bagaimana strategi mengajarkan qiroati?
7.      Bagaimana prinsip-prinsip yang harus di pegang pendidik dan anak didik ?
8.      Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode Qiro’ati?
     C.    Tujuan
1.      Menjelaskan tentang latar belakang berdirinya metode qiroati.
2.      Memahami pengertian dari metode Qiro’ati.
3.      Menjelaskan visi dan misi dari  metode Qiroati.
4.      Menjelaskan  tujuan dari Metode Qiro’ati.
5.      Menjelaskan target dari metode Qiroati.
6.      Menjelaskan strategi mengajarkan Qiroati.
7.      Menjelaskan prinsip-prinsip yang harus di pegang pendidik dan anak didik
8.      Menyebutkan kelebihan dan kekurangan metode Qiro’ati


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang Berdirinya Metode Qiroati
Sebelum adanya Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ), pendidikan Al-Qur’an di Indonesia masih menggunakan sistem “pengajian anak-anak” di musholah, langgar, masjid bahkan dirumah-rumah. Metode pengajarannya dengan menggunakan turutan, yakni Al-Qur’an juz 30 yang dilengkapi dengan petunjuk membaca Al-Qur’an. Metode ini disusun oleh ulama’ dari baghdad, sehingga metode ini dikenal dengan nama “Qoidah Baghdadiyah”. Qoidah ini telah terbukti menciptakan ulama’-ulama’ besar yang ahli dalam bidang Al-Qur’an. Namun pada saat ini mayoritas umat Islam, khususnya anak-anak mulai enggan mengaji dengan menggunakan turutan, karena dianggap kurang praktis dan efisien, terutama bagi mereka yang ingin bisa membaca Al-Qur’an lebih cepat dan praktis.
Melihat gejala seperti ini, banyak para ulama mencoba mencarikan atau menyajikan alternatif yang lebih menarik dan memudahkan anak-anak dalam belajar membaca Al-Qur’an. Tetapi alternatif yang ditawarkan selalu mengalami kegagalan, karena tidak dada bukti keberhasilanya.[1] Disamping itu juga ada suatu pandangan atau kesepakatan yang tidak tertulis, bahkan kalau mengajar mengaji harus mamakai turutan. Sehingga metode baru yang ditawarkan hanya dipandang sebelah mata.
Pada pertengahan tahun 1986 umat Islam dibuat lega dengan adanya metode atau model pengajian anak-anak yang baru, yakni pendidikan Al-Qur’an anak-anak untuk usia 4 – 6 tahun yang dirintis oleh Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy Semarang. Karena pendidikannya seperti Taman Kanak-kanak umum, maka lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ). Keberadaan TKQ ini tidak terlepas dari usaha Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dalam mencari metode belajar membaca Al-Qur’an yang telah dirintis dan diuji coba sejak tahun 1963. Pada tahun 1963 Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mulai mengajar ngaji kepada anak-anaknya dan anak-anak tetangganya dengan menggunakan turutan. Akan tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan, dimana nak-anak hanya mengahfal saja. Jika petang Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy mengajar ngaji, sedangkan pada siang harinya berdagang . pada saat berkesempatan mengambil barang diluar kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekalongan, yogyakarta dan kota-kota lainnya, beliau selalu menyempatkan diri untuk meneliti dan mengamati pengajian anak-anak yang ada di mushalla, langgar dan masjid setempat. Teryata hasilnya tidak jauh baerbeda dengan yang dialami beliau. Berdasarkan rasa tidak puas dengan hasil dari mengaji dengan kitab turutan itu, maka beliau mencoba menyusun metode baru yang lebih efektif dan efisien. Akhirnya berkat inayah, hidayah dan rahmah dari Allah S WT, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy berhasil menyusun metodepraktis belajar membaca Al-Qur’an yang tersusun menjadi sepuluh jilid. Atas saran dua orang ustadz, yakni ustadz Joened dan ustadz Sukri Taufiq metode ini diberi nama “Metode Qiroaty”, yang berarti ‘inilah bacaan Al-Qur’anku yang tartil’. Metode Qiroati ini langsung mengajarkan bunyi huruf, yaki huruf-huruf yang berkharokat tanpa dieja dan mengenalkan nama-nama huruf secara acak serta langsung memasukkan bacaan yag bertajwid secara praktis bukan teoritis.
Melihat keberhasilan Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy dengan metode Qiroatinya pada tahun 1966, H. Ja’far, seorang ulama’ semarang, mengajak beliau sowan kepada K.H. Arnawi Kudus untuk menunjukkan buku qiroatinya. Dan Alhamdulillah, setelah diteliti dan dikoreksi, mendapat restu beliau. Setelah mendapat restu K.H Arwani buku Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat semarang sekitarnya. Pada bulan Mei 1986, Ust. H. Dahlan Salim Zarkasy diajak oleh salah satu wali murid, sukito, untuk silaturrahim dan menyaksikan Ponpes Al-Qur’an Anak-anak “Mambaul Hisan” di Sedayu Gresik, yang berdiri pada tahun 1965 yang diasuh K.H. Muhammad. Beliau merasa prihatin melihat anak-anak kecil di bawah umur 7 tahun, yang terpisah dari orang tuanya, dan semestinya anak-anak tersbut masih membutuhkan kasih sayang mereka. Akan tetapi dalam mengaji bacaan Al-Qur’an mereka kurang tartil. Dari hasil kunjungan tersebut, beliau dapat menyimpulkan bahwa anak di bawah usia balita mampu diajarkan membaca Al-Qur’an. Sepulang dari gresik, selama sebulan tepatnya di bulan Ramadhan, ust. H. Dahlan Salim Z, menyusun kembali buku Qiroati untuk usia taman kanak-kanak yang diambil dari qiroati 10 jilid. Kemudian dibukalah pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak usia 4-6 tahun pada tanggal 1 juli 1986. inilah Taman Kanak-Kanak pertama di Indonesia. Kemudian atas saran KH. Hilal Sya’ban yang juga direstui oleh KH. Turmudzi Taslim, TKQ tersebut diberi nama “Roudlotul Mujawwidin”.
Sebenarnya awal berdirinya merupakan percobaan, mungkinkah anak-anak usia TK (4-6 tahun) mampu membaca Al-Qur’an. Pada hari pertama pembukaan, jumlah muridnya 26 anak dan tempat pendidikannya meminjam rumah Sdr. Ir. Abdullah, Kampung Wotprau 77, Semarang. Setelah berjalan kurang lebih 3 bulan, jumlah muridnya mencapai 70 anak. Proses belajar mengajar berlangsung setiap sore selama 1 jam, mulai jam 16.00 sampai 17.00 WIB. Sekalipun berdirinya TKQ merupakan percobaan dengan rencana 4 tahun hatam 30 juz, diluar dugaan ternyata dalam 2 tahun, tepatnya 1 juli 1988 telah menghatamkan yang pertama sebanyak 20 siswa putra/putri. Khatam dengan bacaan tajwid dan ghorib.
Lahirnya TKQ Roudlotul Mujawwidin ini mendapat sambutan yang sangat menggembirakan, sehingga di beberapa tempat berdiri pula lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an di Indonesia. Selain itu, di negeri jiran mulai berdiri pula TKQ dengan menggunakan metode Qiroati Malaysia, Serawak, Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand.
B.     Pengertian Metode Qiro’ati
Metode Qiro’ati adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid.[2] Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam metode qiro’ati terdapat dua pokok yang mendasari yakni :membaca Al-Qur’an secara langsung dan pembiasaan pembacaan dengan tartil sesuai dengan ilmu tajwid .membaca Al-Qur’an secara langsung maksudnya adalah dalam pembacaan jilid ataupun Al-Qur’an tidak dengan cara mengejah akan tetapi dalam membacanya harus secara langsung. Metode Qiroati merupakan metode yang yang bisa dikatakan metode membaca al-qur'an yang ada di Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun pada tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode qiroati belum disusun secara baik. Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak disekitar rumahnya, sehingga sosialisasi metode qiroati ini sangat kurang.
Berasal dari metode qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan metode membaca al-qur'an seperti metode Iqro', metode An- Nadliyah, metode Tilawaty, metode Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode qiroati ini terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK), dan dua buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan, yaitu juz 27 serta ghorib Musykilat (kata-kata sulit).
C.    Visi dan Misi Metode Qiro’ati
Adapun visi dari metode Qiroa’ti adalah menyampaikan ilmu bacaan Al-Qur’an dengan benar dan tartil.
Misi adalah membudayakan bacaan Al-Qur’an yang benar dan memberantas bacaan Al-Qur’an yang salah. Adapun amanah dari metode Qiroati yaitu:
1. Mengadakan pendidikan al-Quran untuk menjaga, memelihara kehormatan dan kesusian al-Quran dari segi bacaan yang tartil
2. Menyebarkan ilmu dengan memberi ujian memakai buku Qiraati hanya bagi lambaga-lembaga/guru-guru yang taat, patuh, amanah dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh koordinator
3. Mengingatkan para guru agar berhati-hati jika mengajarkan al-Quran
4. Mengadakan pembinaan para guru/calon guru untuk meningkatkan
kualitas pendidikan pengajaran al-Quran
5. Mengadakan Tashih untuk calon guru dengan obyektif
6. Mengadakan bimbingan metodologi bagi calon guru yang lulus tashih
7. Mengadakan tadarus bagi para guru ditingkat lembaga atau MMQ yang diadakan oleh koordinator
Menunjuk atau memilih koordinator, kepada sekolah dan para guru yang amanah/ profesional dan berakhlakul karimah. Memotivasi para koordinator, kepada sekolah dan para guru senantiasa mohan petunjuk dan pertolongan kepada Allah demi kemajuan lembaganya dan mencari keridlaan-Nya. Ciri-Ciri Qiraati adalah sebagai berikut:
1.      Tidak di dijual secara bebas
2.      Guru-guru lewat tashih dan pembinaan
3.      Kelas TKP/TPQ dalam disiplin yang sama.
4.      Prinsip-prinsip Dasar Qiroati
D.    Tujuan Metode Qiro’ati
Dengan adanya tasheh bacaan Al-Qur’an bagi calon pendidik Taman Kanak-kanak Al-Qur’an,maka dapat disimpulkan tujuan metode Qiro’ati antara lain :[3]
a.       Menjaga kesucian dan kemurnian Al-Qur’an dari segi bacaan yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Adapun dasarnya dari Al-Qur’an dan Hadist dan Ijma’:
Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya :” Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
Firman Allah dalam surat Al-Muzammil ayat 4:[4]
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

Artinya :”Dan bacaan Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan”.
Ketentuan dari hadist Rasulullah SAW:[5]
Artinya :” Beliau menamakan pembacaan Al-Qur’an yang tidak memakai tajwid sebagai orang fasik”.
Ketentuan menurut ijma’ (kesepakatan ulama) :
Para ulama Qurra’ telah bersepakat bahwa membaca Al-Qur’an dengan bertajwid itu hukumnya wajib ‘ain,baik dalam shalat maupun di luar sholat. Sebagaimana yang diterangkan dalam kitab Matnul Jazary karangan Syekh Abu Khoir Syamsuddin bin Muhammad Al-Jazary halaman 13 beliau mengatakan :
“adapun menggunakan tajwid hukumnya wajib bagi setiap pembaca Al-Qur’an ,maka barang siapa yang membaca Al-Qur’an tanpa tajwid adalah dosa, karena Allah SWT menurunkan AL-Qur’an dengan bertajwid. Demikianlah yang sampai pada kita adalah dari Allah SWT (secara mutawatir)
b.      Menyebarluaskan ilmu bacaan Al-Qur’an adapun hadist nabi yang menyebutkan :
Artinya :”sesungguhnya Al-Qur’an itu  jamuan Allah SWT pelajarilah jamuanNya itu semampumu”.(Muttafaqun Alaih)
c.       Memberi peringatan kembali kepada pendidik ngaji agar lebih berhati-hati dengan mengajarkan Al-Qur’an.
Sebagaimana pesan Ulama salaf:”Kalau mengajarkan Al-Qur’an harus berhati-hati ,jangan sembarangan atau sembrono,nanti berdosa. Karena yang diajarkan itu buka perkataan manusia melainkan firman Allah.”
d.      Meningkatkan mutu (kualitas) pendidikan atau pengajaran Al-Qur’an.
E.     Target metode Qiro’ati
Target yang diharapkan dengan Qira’ati adalah seseorang (siswa/santri) akan mampu membaca Al- Qur’an dengan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Di samping itu pada batas waktu tertentu (lebih kurang dua tahun) peserta didik sudah mampu untuk khatam 30 juz (bin nadzar), adapun target ini dapat di perjelas dengan :
a.       Dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil meliputi :
1)      Makhraj dan sifat huruf sebaik mungkin
2)      Mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tajwid
3)      Memahami bacaan Gharib dalam praktek
b.      Mengerti shalat ,dalam arti bacaan dan praktek shalat
c.       Hafalan beberapa hadist dan surat pendek (minimal surat Ad-Dhuha)
d.      Haalan beberapa do’a (doa sehari-hari ,dari bangun tidur sampai tidur kembali)
e.       Dapat menulis huruf Arab dengan baik dan benar
Untuk memenuhi target teersebut ,maka disusunlah beberapa macam buku yang disesuaikan dengan usia anak,antara lain:
a.       Qiroati untuk Pra TK(3 - 4 tahun)
b.      Qiroati untuk TK( 4 - 6 tahun)
c.       Qiroati untuk belajar di masjid atau musholah (5-15 tahun)
d.      Qiroati untuk SD (7 - 13 tahun)
e.       Qiroati untuk SLTP atau SLTA
f.       Qiroati untuk dewasa (maha anak didik)
g.      Pelajaran bacaan Gharib dan usykilat
h.      Pelajaran tajwid praktis
i.        Belajar menulis huruf Al-Qur’an
F.     Strategi metode Qiroati
Agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, maka harus memakai strategi mengajar dalam mengajar Al-Qur’an dikenal beberapa macam strategi.
a.       Strategi mengajar secara umum (global)
1)      Individual atau privat atau sorogan
Anak didik bergiliran membaca satu persatu,satu atau dia halam sesuai dengan kemampuan
2)      Klasikal –Individual
Sebagian waktu digunakan pendidik untuk menerangkan pokok-pokok pelajaran secara klasikal sekedar 2 atau 3 halaman dan sebagian lagi untuk individu atau sorogan
3)      Klasikal –baca simak
Strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an orang lain.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf ayat 204 yang berbunyi :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya :”Dan apabila dibacakan Al-Qur’an .maka dengarkanlah baik- baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat .”
Caranya :
a)      Pendidik menerangkan pokok pelajaran mulai dari kelompok halaman terendah( secara klasikal) ,kemudian anak didik di tes satu persatu dan disimak oleh anak didik yag lain.
b)      Dilanjutkan kelompok halaman berikutnya. Pendidik menerangkan pokok pelajarannya, lalu anak didik di tes satu persatu dan disimak oleh semua anak didik. Demikian seterusnya. Untuk sorogan dapat diterapkan pada kelas yang terdiri dari beberapa jilid dalam satu kelas. Sedangkan untuk klasikal –individual dan kasikal-baca simak hanya bisa diterapkan untuk kelas yang terdiri dari satu jilid saja.
b.      Strategi secara umum (detail)
Agar kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an dapat berjalan dengan baik sehingga tercapai keberhasilan yang maksimal maka perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut  :
1)      Pendidik harus menekan kelas,dengan memberi pandangan menyeluruh terhadap semua anak didik sampai semuanya tenang,kemudian mengucapkan salam dan membeca doa iftitah.
2)      Pelaksanaan pelajaran selama satu jam ditambah 15 menit untuk variasi (doa- doa harian,bacaan shalat,do’a ikhtitam atau hafalan-hafalan lainnya)
3)      Usahaan setiap anak mendapat kesempatan membaca satu persatu
4)      Wawasan dan kecakapan anak harus senantiasa dikembangkaan dengan sarana prasarana yang ada.
5)      Perhatian pendidik hendaknya menyeluruh,baik terhadap anak yang maju membaca mauupun yang lainnya
6)      Penghayatan terhadap jiwa dan karakter anak sangat penting agar anak tertarik dan bersemangat untuk memperhatikan pelajaran. Jika ada yang diam terus dan tidak mau membaca maka pendidik harus tetap membujuknya dengan sedikit pujian.
7)      Motivasi berupa  himbauan da pujian sangat penting bagi anak terutam anak Pra TK .aak jangan selalu dimarahi, diancam atau ditakut-takuti. Tetapi kadang kala perlu dipuji dengan kata-kata manis ,didekati serta ucapan dan pendapatnya ditanggapi dengan baik
8)      Pendidik  senantiasa menanti kritikan yang sifatnya membangun demi meningkatkan mutu TKQ. Jangan cepat merasa puas
9)      Jaga mutu pendidikan dengan melatih anak semaksimal mungkin
10)  Idealnya untuk masing-masing kelas/jilid terdiri dari :
a)      Pra taman kanak- kanak :10 anak
b)      Jilid I :15 anak
c)      Jilid II s/d Al-Qur’an :20 anak
11)  Agar lebih mudah dalam mengajar, sebaiknya disediakan alat-alat peraga dan administrasi belajar mengajar di dalam kelas antara lain :
a)      Buku data anak didik
b)      Buku absensi anak didik
c)      Kartu/catatan prestasi anak didik (dipegang anak didik)si anak didik (dipegang pendidik)
d)     Catatan prestasi
G.    Prinsip – prinsip dasar Qiro’ati
Dalam pembelajarannya  metode Qiro’ati dimulai dengan pengenalan lambang atau bunyi huruf kepada anak didik, dilajutkan dengan merangkai kata menjadi kalimat sehingga dapat dengan lancar membaca Al-Qur’an.[6]
Prinsip –prinsip yang harus dipegang oleh pendidik ;
1.      Daktun (tidak boleh menuntun) Dalam hal ini ustadz-ustadzah hanya menerangkan pokok pelajaran, memberikan contoh yang benar, menyuruh santri membaca sesuai dengan contoh menegur bacaaan yang salah, menunjukkan kesalahan bacaan dan memberitahukan seharusnya bacaan yang benar.
2.      Tiwasgas (teliti,waspada, dan tegas) Teliti artinya dalam memberikan contoh atau menyimak ketika santri membaca jangan sampai ada yang salah walaupun sepele. Waspada artinya dalam memberikan contoh atau menyimak santri benar-benar diperhatikan ada rasa sambung dari hati ke hati. Tegas artinya dalam memberikan penilaian ketika menaikkan halaman atau jilid tidak boleh banyak toleransi, raguragu atau pun segan, penilaian yang diberikan benar-benar obyektif.
Sedangkan prinsip- prinsip yang harus dipegang oleh anak didik :
1.      CBSA+M : Cara Belajar Santri Aktif dan Mandiri Santri dituntut keaktifan, kosentrasi dan memiliki tanggung jawab terhadap dirinya tetntang bacaan Al-Qur’annya. Sedangkan ustadz-ustadzah sebagai pembimbing, motivator dan evaluator saja. Menurut Zuhairini fenomena adanya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) perlu dipertimbangkan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi siswa secara individual. Dalam hal ini guru bertugas memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa secara aktif. Untuk itu dalam CBSA diharapkan yang aktif tidak hanya siswanya tetapi juga gurunya.[7]
2.      LCTB : Lancar Tepat Cepat dan Benar. Lancar artinya bacaannya tidak ada yang mengulangulang. Cepat artinya bacaannya tidak ada yang putus-putus atau mengeja. Tepat artinya dapat membunyikan sesuai denganbacaan dan dapat membedakan antara bacaan yang satu dengan laiannnya. Benar artinya hukum-hukum bacaan tidak ada yang salah.
H.    Kelebihan  dan Kekurangan metode Qiro’ati
Adapun kelebihan dari metode Qiro’ati antara lain :
a.       Sebelum mengajar metode Qiroati para pendidik harus di tashih terlebi dahulu karena buku Qiro’ati tidak diperjual belikan dan hanya untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
b.      Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan
c.       Dalam metode ini terdapat prinsip untuk pendidik dan anak didik
d.      Setelah ngaji Qiro’ati anak didik menulis bacaan yang sudah dibacanya
e.       Pada metode ini setelah khatam 6 jilid meneruskan lagi bacaan –bacaan ghorib
f.       Dalam mengajar metode ini menggunakan ketukan ,jadi dalam membaca yang pendek dibaca pendek.
g.      Jika anak sedih sudah lulus 6 jilid beserta ghoribnya ,maka ditest bacaannya kemudian seteah itu anak didik mendapatkan syahadah.
Adapun kekurangan dari metode Qiro’ati yaitu bagi yang tdak lancar lulusnya juga akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan/tahun.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Metode Qiroati ini adalah metode yang disusun oleh H. Dahlan Zarkasyi di semarang tahun 1989, awalnya metode ini terdapat 10 jilid kemudian diringkas menjadi 6 jilid dan ditambah lagi satu jilid untuk Bacaan-bacaan ghorib. Untuk bisa mengajarkan metode ini maka seorang guru harus ditasyhih terlebih dahulu karena dengan tashih ini maka dalam mengajar tidak sembarang orang dan dapat berpegaruh terhadap santri yaitu supaya bacaan yang diamalkan fasih dan megetahui bacaan-bacaan ghoribnya. Kelebihan Qiroati Dengan Metode Lain Metode qiro'ati ini dipilih karena dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metode-metode yang lain, sehingga dapat menghasilkan peningkatan kemampuan baca tulis al-qur'an, diantaranya yaitu:
1.      Sebelum mengajar metode Qiroati para ustadz/ustdzahya harus ditashih terlebih dahulu karena buku qiroati ini tidak dijual belikan dan hanya untuk kalangan sendiri yang sudah mendapat syahadah.
2.      Dalam penerapannya banyak sekali metode yang digunakan.
3.       Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan murid.
4.      Setelah ngaji Qiroati santri menulis bacaan yang sudah dibacanya.
5.      Pada metode ini setelah hatam 6 jilid meneruskan lagi bacaanbacaan ghorib.
6.      Dalam mengajar metode ini menggunakan ketukan, jadi dalam membaca yang pendek dibaca pendek.
7.      Jika santri sudah lulus 6 jilid beserta ghoribnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu santri mendapatkan syahadah


DAFTAR PUSTAKA

Achrom ,Nur Shodiq,Koordinator Malang III ,Pendidikan dan Pengajaran Sistem Qoidah Qiroati,(Ngembul Ka lipare: Pondok Pesantren Salafiyah Sirotul Fuqoha II)
DEPAG RI ,2004,Al – Qur’an dan Terjemah,(Jakarta :Naladana)
Firdiana, Deni.2003 Efisiensi Buku Qiro’ati dalam Pengajaran Al-Qur’an di LPI Al-Hikmah Surabaya,(Surabaya : LPI Al-Hikmah)
al-qur’an
Surasma, Otong,2002 Metode Insan Kunci Praktis Membaca Al-Qur’an Baik dan Benar.(Jakarta : Gema Insani)
Zuhairini, Abdul Ghafir,2004, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(Malang: Universitas Islam Negeri Malang)



[1] Deni Firdiana, Efisiensi Buku Qiro’ati dalam Pengajaran Al-Qur’an di LPI Al-Hikmah Surabaya,(Surabaya : LPI Al-Hikmah, 2003) h. 39.
[2] H.M.Nur Shodiq Achrom,Koordinator Malang III ,Pendidikan dan Pengajaran Sistem Qoidah Qiroati,(Ngembul Ka lipare: Pondok Pesantren Salafiyah Sirotul Fuqoha II),h.11
[3] Ibid.,12-16
[4] DEPAG RI ,Al – Qur’an dan Terjemah,(Jakarta :Naladana,2004)h.992
[5] Otong Surasma,Metode Insan Kunci Praktis Membaca Al-Qur’an Baik dan Benar.(Jakarta : Gema Insani,2002),h.20
[6]http://dydyd0d0.wordpress.com/2010/01/07/penerapan-metode-qiroati-dalam-pembelajaran-alquran/ diakses pada tanggal 6-12-2012 Pukul 02:28 WIB
[7] Zuhairini, Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(Malang:
Universitas Islam Negeri Malang, 2004), hlm. 93

4 komentar: