Kamis, 14 November 2013

Metode Tafsir Tahlili


BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril as dalam bahasa Arab dengan segala macam kekayaan bahasanya. Di dalamnya terdapat penjelasan mengenai dasar-dasar aqidah, kaidah-kaidah syariat, asas-asas perilaku, sejarah-sejarah umat dahulu, dan petunjuk yang dapat menuntun manusia ke jalan yang paling lurus. Allah tidak menjamin perincian-perincian dalam keterangan-keterangan diatas sehingga banyak lafal Al-Qur’an yang membutuhkan tafsir, apalagi sering digunakan susunan kalimat yang singkat namun luas pengertiannya. Dalam lafazh yang sedikit saja dapat terhimpun sekian banyak makna. Untuk itulah diperlukan penjelasan yang berupa tafsir Al-Qur’an.
Mempelajari ilmu tafsir Al-Qur’an merupakan suatu yang sangat diperlukan untuk mengetahui maksud Allah (dalam Al-Qur’an) dan dalam menafsirkan Al-Quran tentu saja dengan batas kemampuan manusia yang dimiliki menyangkut perintah dan larangan yang telah disyari’atkan kepada hamba-hamba-Nya, agar menjalani kehidupan dunia yang lurus dan dapat mempersiapkan bekal yang cukup untuk akhirat. Juga untuk menyentuh petunjuk Allah, yang menyangkut masalah akidah, ibadah, dan akhlak dengan harapan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an bagaikan lautan yang keajaiban-keajaibannya tidak pernah habis dan tidak pernah lapuk dari zaman. Dalam menafsirkan Al-Quran terdapat beragam metode untuk menafsirkannya. Kitab-kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat yang memperlihatkan perhatian para ulama untuk menjelaskan ungkapan-ungkapan yang terkandung dalam Al-Quran.
Studi atas hasil karya penafsiran para ulama sekarang ini, secara umum, menunjukkan bahwa mereka menggunakan metode-metode penafsiran yang diantaranya adalah metode tahlili, ijmali, muqaran, dan metode maudhu’i. Penulis akan menjelaskan metode tafsir tahlili mengingat pentingnya metode ini untuk diketahui oleh siapa saja yang hendak menafsirkan Al-Qur’an.
2.    Rumusan Masalah
1.      Apa yang di Maksud dengan Metode Tafsir Al-Quran?
2.      Bagaimanakan Pengertian Tafsir Tahlili?
3.      Apa sajakah Macam-Macam Tafsir Tahlily?
4.      Apakah kelebihan dan kekurangan Tafsir Tahlili?
3.    Tujuan
1.      Memahami pengertian Metode Tafsir Al-Quran.
2.      Memahami Makna Tafsir Tahlili.
3.      Mengetahui Macam-Macam Tafsir Tahlili.
4.      Mengerti Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Tahlili


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Metode Tafsir Al-Quran
Kata metode dalam kamus besar bahasa Indonesia diadopsi dari kata methodos dalam bahasa Yunani. Kata tersebut terdiri dari dua kata yakni metha, yang berarti menuju, melalui, mengikuti, dan kata hodos yang berarti jalan, perjalanan, cara, arah. Kata methodos sendiri berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesa ilmiah, uraian ilmiah.[1] Dalam bahasa Inggris, kata tersebut ditulis dengan method dan dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan manhaj atau thariqah. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti cara yang teratur terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan juga lainnya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai sesuatu yang ditentukan.[2]
Dalam hal ini, metode merupakan salah satu sarana terpenting untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, studi tafsir Al Qur'an tidak terlepas dari metode penafsiran, yakni cara sistematis untuk mencapai pemahaman yang benar tentang maksud Allah di dalam Al Qur'an, baik yang didasarkan pada pemakaian sumber-sumber penafsirannya, sistem penjelasan tafsiran-tafsirannya, keluasan kejelasan tafsiranny maupun yang didasarkan pada sasaran dan sistematika ayat yang ditafsirkannya.
Pernyataan segaligus definisi diatas, secara implisit, memberikan indikasi bahwa metode mengandung seperangkat kaedah dan aturan yang harus diperhatikan oleh mufassir agar terhindar dari kesalahan dan penyimpangan dalam menafsirkan Al Qur'an.[3]
Secara etimologi tafsir adalah menjelaskan dan menerangkan serta menyatakan. Dan menurut istilah banyak pendapat ulama dalam mendefinisikannya diantaranya adalah;
1.      Al Kilbiy dalam at Tashiel menyatakan:
التفسير: شرح القرآن وبيان معناه ولإفضاح بما يقتضيه بنصه او اشارته او نجواه.[4]
Tafsir ialah: Mensyarahkan Al Qur'an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya, atau dengan najuannya.
2.      Zarkasiy dalam al Burhan mendefinisikan tafsir dengan
التفسير: بيان معاني القرآن واستخراج احكامه و حكمه.[5]
Tafsir adalah menerangkan makna-makna Al Qur'an dan mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.
  1. Al Jurjaniy berkata:
التفسير في الاصل الكشف والاظهار, وفي الشرعي توضيخ معني الاية, شأنها وقصّتها والسبب الذي نزلت فيه بلفظ او يدل عليه دلالة ظاهرة.[6]
Tafsir pada asalnya adalah membukan dan menzahirkan. Pada istilah syara’ ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisahnya dan sebeb yang karenanya diturunkan ayat, dengan lafaz yang menunjuk kepadanya secara jelas.
B.       Metode Tafsir Tahlili
Metode Tahlili adalah metode menafsirkan Al-Qur’an yang berusaha menjelaskan Al-Qur’an dengan menguraikan berbagai seginya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an.. Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan mushaf Al-Qur’an, menjelaskan kosa kata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya ayat, kaitannya dengan ayat lain, baik sebelum maupun sesudahnya (munasabah), dan tidak ketinggalan pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi SAW, sahabat, para tabi’in maupun ahli tafsir lainnya, dan menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur I’jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fikih, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma akhlak dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam bukunya (Sejarah Ulumul Qur’an), Azumardy Azra menjelaskan bahwa tafsir tahlili (analitis) atau yang juga disebut dengan tafsir tajzi’i merupakan suatu metode yang bermaksud menjelaskan dan menguraikan kandungan ayat-ayat Al Qur'an dari seluruh sisinya, sesuai dengan urutan ayat di dalam suatu surat. Dalam tafsir ini ayat ditafsirkan secara komprehensif dan menyeluruh baik dengan corak ma’tsur maupun ra’yi. Unsur-unsur yang dipertimbangkan adalah asbabun nuzul, munasabah ayat dan juga makna harfiyah setiap kata.[7]
Seorang mufassir tersebut bermaksud menjelaskan ayat-ayat Al Qur'an secara terperinci dan jelas. Metode tafsir ini dilakukan sesuai dengan susunan ayat demi ayat atau surat demi surat sebagaimana termaktub dalam mushaf Usmaniy. Tujuan utama metode tafsir ini adalah untuk mengungkapkan maksud-maksud dari ayat tersebut dan tunjukannya. Seorang mufassir akan memaparkan lafaz dari segi bahasa Arab, penggunaannya, kesesuaian ayat dengan ayat serta tempat dan juga sebab turunnya ayat tersebut jika memang ada. Mufassir akan menguraikan fasahah, bayan, i’jaz dan maksud syariat dibelakang nas dan sebagainya. dalam menafsirkan ayat demi ayat, seorang mufassir sering mengutip ayat Al Qur'an, hadist Rasulullah SAW, serta perkataan sahabat dan para tabiin.
Beberapa kitab tafsir yang menggunakan metode ini diantaranya adalah;
1.      Tafsir Jami al Bayan fi Tafsir Al Qur'an al Karim oleh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabariy.
2.      Tafsir Al Qur'an al Azhim oleh Ibnu Katsir.
3.      Tafsir Mafatih al Ghaib oleh Fakhru Raziy.
4.      Tafsir al Jami’ li Ahkam Al Qur'an oleh Qurthubiy.[8]
C.       Macam-Macam Metode tahlili
Dalam mengkaji Al-Qur’an juga dikenal beberapa macam metode tafsir salah satunya adalah Metode Tafsir Tahlili. Para ulama membagi wujud tafsir Al-Qur’an dengan metode tahlili kepada tujuh macam, yaitu: tafsir bi-al ma’tsur, tafsir bi al-ra’yi, tafsir shufi, tafsir falsafi, tafsir fiqhi, tafsir ilmi dan tafsir adabi.
Dibawah ini dijelaskan secara ringkas ketujuh macam metode tahlili tersebut dalam menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
1. Tafsir bi al-Ma’tsur (Riwayat)
Dinamai dengan nama ini (dari kata atsar yang berarti sunnah, hadits, jejak, peninggalan) karena dalam melakukan penafsiran seorang mufassir menelusuri jejak atau peninggalan masa lalu dari generasi sebelumnya terus sampai kepada Nabi SAW. Tafsir bi al-Matsur adalah penjelasan Al-Qur’an sendiri, dari Rasulullah SAW yang disampaikan kepada para sahabat, dari para sahabat berdasarkan ijtihadnya, dan dari para tabi’in juga berdasarkan ijtihadnya.
Adapun pengertian yang lainnya adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, Al-Qur’an dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui kitabullah, atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi’in karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat.
2. Tafsir bi Ar-Ra’yi (Pemikiran)
Tafsir bi ar-ra’yi adalah menafsirkan al-Qur’an dengan cara ijtihad setelah mufasir bersangkutan mengetahui metode bantuan yang digunakan seperti syi’ir Jahiliyyah, asbab an-nuzul, nasikh-mansukh, dan lainnya.[9]
Munculnya corak tafsir ini seiring dengan perkembangan ilmu-ilmu keislaman yang diwarnai kemunculan ragam disiplin ilmu, karya-karya para ulama, aneka warna metode penafsiran, dan pakar-pakar di bidangnya masing-masing. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur’an, hadits dan ilmu hadits, ushul fikih dan ilmu-ilmu lain, seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya sesuai bidang kemampuan masing-masing dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada.
Beberapa tafsir bir ra’yi yang terkenal antara lain: Tafsir Al Jalalain (karya Jalaluddin Muhammad Al Mahally dan disempurnakan oleh Jalaluddin Abdur Rahman As Sayuthi), Anwar At-Tanzil wa Asrar At-ta’wil (karya Al-Baidhawi), Mafatih Al-Ghaib (karya Fakhr Razi), Madarik At-Tanzil wa Haqa’iq At-Ta’wil (karya An-Nasafi), Lubab At-Ta’wil fi Ma’ani At-tanzil (karya Al Khazin)[10]
3. Tafsir shufi
Tafsir shufi sebut juga dengan tafsir Isyari yaitu penafsiran orang-orang sufi terhadap al-Qur’an yang bermula dari anggapan bahwa riyadhah (latihan) rohani yang dilakukan seorang sufi bagi dirinya akan menyampaikan ke suatu tingkatan di mana ia dapat menyingkapkan isyarat-isyarat kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan al-Qur’an dan akan tercurah pula ke dalam hatinya dari limpahan ghaib.
Menurut Rosihan Anwar tafsir sufi dapat diterima jika memenuhi syarat-syarat berikut ini:
a.    Tidak menafikan makna lahir (pengetahuan tekstual) Al-Qur’an.
b.    Penafsiran diperkuat oleh dalil syara’ yang lain.
c.    Penafsirannya tidak bertentangan dengan syara’ atau rasio.
d.   Penafsiran tidak mengakui bahwa hanya penafsirannya (batin) itulah yang di kehendaki oleh Allah SWT, bukan pengertian tekstualnya. Sebaliknya, ia harus mengakui pengertian tekstual ayat terlebih dahulu.[11]
4. Tafsir Falsafi
Pendekatan tafsir falsafi atau pendekatan filosofis adalah upaya-upaya penafsiran dan pemaknaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan filosofis. Dalam faktanya, penafsiran ini dilakukan setelah buku-buku filsafat yunani kuno banyak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selain itu juga dikarenakan banyak tokoh Islam yang berhasil mempelajari dan mengembangkan teori filsafat Yunani kuno yang dirasakan serasi dan sesuai dengan tuntunan agama, atau usaha-usaha penafsiran ayat tertentu dalam Al-Qur’an dengan menggunakan analisis disiplin Ilmu-Ilmu Filsafat.
Adapun upaya yang ditempuh untuk menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan filosofis adalah : Pertama, dengan mentakwilkan teks-teks keagamaan (Al-Qur’an) dengan menggunakan berbagai pandangan dan teori filsafat.
Paradigma atau asumsi-asumsi dasar mengenai tafsir falsafi adalah sebagai berikut :
a.       Ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki banyak kata atau ada kata-kata tertentu dalam Al-Qur’an yang dapat ditafsirkan dan kemungkinan besar sejalan dengan teori-teori filsafat.
b.      Ada sebagian orang yang merasa kagum atas teori-teori filsafat dan merasa mampu untuk mengkompromikan antara hikmah dan akidah dan antara filsafat dengan agama.
Pada saat ilmu-ilmu agama dan sain mengalami kemajuan, kebudayaan-kebudayaan Islam berkembang di wilayah-wilayah kekuasaan Islam dan penerjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab digalakkan pada masa khalifah Abbasiyah, diantara buku-buku yang diterjemahkan adalah buku-buku karangan para filosuf seperti Aristoteles dan Plato. Pada perkembangan selanjutnya para ulama tafsir mencoba memahami Al-Qur’an dengan metode filsafat tersebut, maka lahirlah metode falsafi.
5. Tafsir Fiqhi
Tafsir Fiqhi adalah corak tafsir yang lebih menitik beratkan kepada pembahasan masalah-masalah fiqhiyyah dan cabang-cabangnya serta membahas perdebatan/perbedaan pendapat seputar pendapat-pendapat imam madzhab. Tafsir fiqhi ini juga dikenal dengan tafsir Ahkam, yaitu tafsir yang lebih berorientasi kepada ayat-ayat hukum dalam al-Qur,an (ayat-ayat ahkam). Tafsir fiqhi lebih populer dengan sebutan tafsir ayat ahkam atau tafsir ahkam karena lebih berorientasi pada ayat-ayat hukum dalam alqur’an.
6. Tafsir Ilmi
Tafsir ilmi adalah tafsir yang berbicara tentang istilah-istilah sains yang terdapat dalam al-Qur’an dan berusaha sungguh-sungguh untuk menyimpulkan berbagai ilmu dan pandangan filosofis dari istilah-istilah Al-Qur’an. Jadi tafsir ini dapat memahami redaksi-redaksi al-Qur’an dalam sinaran kepastian oleh sains modern serta menyingkap kemukjizatannya dari sisi bahwa al-Qur’an telah membuat informasi-informasi sains yang amat dalam dan belum dikenal oleh manusia pada masa turunnya al-qur’an sehingga ini menunjukkan bukti lain akan kebenaran fakta bahwa al-Qur’an itu bukan karangan manusia, namun ia bersumber dari Allah SWT, pencipta dan pemilik alam semesta ini.
Timbulnya tafsir ilmi adalah salah satu bentuk keragaman ilmu pengetahuan. Fokus tafsir ilmi adalah menafsirkan ayat-ayat yang Kauniah dengan bertolak dari proposisi pokok-pokok bahasan ayat-ayat al-Qur’an dari kapasistas keilmuan yang mufassir miliki dan penafsiran dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap fenomena-fenomena alam.
D.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahlili
1.    Kelebihan Mtod Tafsir Tahlili
a.         Ruang Lingkup Yang Luas
Metode analitis mempunyai ruang lingkup yang teramat luas. Metode ini dapat digunakan oleh mufasir dalam dua bentuknya : ma’tsur dan ra’yi. Bentuk al-ra’yi dapat lagi dikembangkan dalam berbagai corak penafsiran sesuai dengan keahlian masing-masing mufasir. Ahli bahasa, misalnya mendapat peluang yang luas untuk menafsirkan Al-Qur’an dari pemahaman kebahasaan, menjadikan qiraat sebagai titik tolak dalam penafsirannya. Demikian pula ahli filsafat, kitab tafsirnya di dominasi oleh pemikiran-pemikiran filosofis. Dengan demikian metode ini dapat menampung berbagai ide dan gagasan dalam upaya menafsirkan Al-Qur’an.
b.         Memuat Berbagai Ide
Pola penafsiran metode ini dapat menampung berbagai ide yang terpendam di dalam benak mufasir, bahkan sampai ide-ide jahat dan ekstrim pun dapat ditampungnya.
2.     Kekurangan Metode Tafsir Tahlili
a.         Menjadikan Petunjuk Al-Qur’an Parsial atau Terpecah-Pecah
Al-Qur’an yang ditafsirkan seakan-akan tidak konsisten, padahal yang tidak konsisten itu penafsirannya, bukan Al-Qur’annya. Ini terjadi kemungkinan besar dikarenakan mufasir kurang memperhatikan ayat-ayat lain yang mirip atau sama dengannya. Karena dalam metode ini tidak diharuskan bagi mufasir untuk membandingkan penafsiran suatu ayat dengan ayat yang lain sebagaimana yang diutamakan dalam metode komparatif.


b.         Melahirkan Penafsiran Subjektif
Para mufasir yang telah diberikan kebebasan dalam menyampaikan ide-ide dan pemikirannya, secara tidak sadar bahwa ia telah menafsirkan secara subjektif, bahkan menafsirkan sesuai dengan hawa nafsunya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah yang berlaku. Sikap subjektif itu muncul berawal dari fanatisme mazhab yang terlalu mendalam. Karena yang terpenting dari mereka adalah mencari legitimasi kepada Al-Qur’an untuk membenarkan pemikiran dan tindakan, serta sekaligus untuk meyakinkan para pengikut mereka bahwa ajaran yang mereka kembangkan adalah benar.
c.         Masuk pemikiran israiliat
Sebenarnya kisah-kisah israiliat tidak ada persoalan, selama tidak dikaitkan dengan Al-Qur’an. Tetapi bila dihubungkan dengan dengan pemahaman kitab suci, timbul problema karena akan terbentuk opini bahwa apa yang dikisahkan di dalam cerita itu lagi, itu adalah petunjuk Allah SWT, padahal belum tentu cocok dengan yang dimaksudkan Allah SWT di dalam firman-Nya tersebut. Kisah tersebut bisa masuk ke dalam tafsir tahlili kerena metodenya memang membuka pintu untuk itu.












BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Metode Tahlili adalah metode menafsirkan Al-Qur’an yang berusaha menjelaskan Al-Qur’an dengan menguraikan berbagai seginya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Al-Qur’an.. Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan mushaf Al-Qur’an, menjelaskan kosa kata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunnya ayat, kaitannya dengan ayat lain, baik sebelum maupun sesudahnya (munasabah), dan tidak ketinggalan pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang disampaikan oleh Nabi SAW, sahabat, para tabi’in maupun ahli tafsir lainnya, dan menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur I’jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fikih, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma akhlak dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam bukunya (Sejarah Ulumul Qur’an), Azumardy Azra menjelaskan bahwa tafsir tahlili (analitis) atau yang juga disebut dengan tafsir tajzi’i merupakan suatu metode yang bermaksud menjelaskan dan menguraikan kandungan ayat-ayat Al Qur'an dari seluruh sisinya, sesuai dengan urutan ayat di dalam suatu surat. Dalam tafsir ini ayat ditafsirkan secara komprehensif dan menyeluruh baik dengan corak ma’tsur maupun ra’yi. Unsur-unsur yang dipertimbangkan adalah asbabun nuzul, munasabah ayat dan juga makna harfiyah setiap kata.
Dalam mengkaji Al-Qur’an juga dikenal beberapa macam metode tafsir salah satunya adalah Metode Tafsir Tahlili. Para ulama membagi wujud tafsir Al-Qur’an dengan metode tahlili kepada tujuh macam, yaitu: tafsir bi-al ma’tsur, tafsir bi al-ra’yi, tafsir shufi, tafsir falsafi, tafsir fiqhi, tafsir ilmi dan tafsir adabi
1.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahlili
Ø  Kelebihan Metode Tafsir Tahlili
·         Ruang Lingkup Yang Luas
·         Memuat Berbagai Ide
Ø  Kekurangan Metode Tafsir Tahlili
·         Menjadikan Petunjuk Al-Qur’an Parsial atau Terpecah-Pecah
·         Melahirkan Penafsiran Subjektif
·         Masuk pemikiran israiliat


DAFTAR PUSTAKA

Al-Farmawi, Abdul Hayy 2002. Metode Tafsir Maudhu’i Dan Cara Penerapannya, cet. 2. Pustaka Setia : Bandung.
Anwar, Dr.Rosihan M.Ag, 2005. Ilmu Tafsir, Pustaka Setia:Bandung.
Azra, Azyumardi, Prof. Dr. 1999. Sejarah Ulumul Qur’an, Pustaka Firdaus :  Jakarta.
Baker, Anton, 1984. Metode-metode Filsafat, Ghalia Indonesia : Jakarta.
diakses melalaui internet melalui situs www.id.wikipedia.org.
H Muhammad Amin Suma, 2001. Studi Ilmu-ilmu Al Qur'an 2, Pustaka Firdaus : Jakarta.
M. Hasybiy as Shiddiqiy, 1992. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur'an dan Tafsir. Bulan Bintang : Jakarta.
Supiana dan M. Karman, 2002. Ulumul Qur’an dan Pengenalan Metodologi Tafsir, Pustaka Islamika : Bandung.
Tim Penyusun, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka : Jakarta.



[1] Anton Baker, Metode-metode Filsafat, (Ghalia Indonesia : Jakarta, 1984) hal. 10.
[2] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka : Jakarta, 1988), hal. 580-581.
[3] Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an dan Pengenalan Metodologi Tafsir, (Pustaka Islamika : Bandung, 2002), hal. 302.
[4] M. Hasybiy as Shiddiqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur'an dan Tafsir, (Bulan Bintang, Jakarta, Indonesia) 1992. hal. 178.
[5] Ibid, h. 178.
[6] Ibid, h. 179.
[7] Azyumardi Azra, Sejarah Ulumul Qur’an, (Pustaka Firdaus:Jakarta) hal. 172-174.

[8] Ibid, hal 180
[9] DR. Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i Dan Cara Perepannya, (CV. Pustaka Setia : Bandung), cet.2., hlm. 26.
[10] diakses melalaui internet melalui situs www.id.wikipedia.org yang ditulis diambil dari buku DR. Ahmad Kamal Al-Mahdi, Ayat Al-Qasam fi Al-Qur’an, hlm. 4

[11] Dr.Rosihan Anwar, M.Ag, Ilmu Tafsir, (Pustaka Setia:Bandung, 2005), hlm.167

1 komentar:

  1. Best Casinos Near Bellagio, CA - Mapyro
    Bellagio Hotel Casino and Spa. 1. Bellagio Way. Bellagio, 공주 출장마사지 CA 91301. Directions · 대전광역 출장안마 (800) 852-7500. Call Now · More Info. Hours, Accepts Credit Cards, Parking.Room Windows: 논산 출장안마 Windows Do OpenCheck In: 11:00am - 3:00pmNon 당진 출장마사지 Smoking Rooms: 2700 Rating: 4 · ‎14 votes · 부산광역 출장마사지 ‎Price range: $$$

    BalasHapus